A Part of a Death Scenario

It’s been 3 hours and 20 minutes I’ve been connected with internet.

Lemes. Laper. Lesu. Pegel.

Yang lebih parah adalah kenyataan bahwa aku harus menghadapi semua ini sendirian!

Walopun katanya aku emang suka ngerasa sendirian, lebih memilih sendirian daripada di tengah-tengah keramean yang gak tentu arah dan tujuan, lebih suka diem di sudut ruang daripada jadi pusat perhatian di depan sekumpulan orang, tapi… 3 jam sendirian sangat menyakitkan.

Siapa yang aku expect untuk dateng kesini?

He did came, tapi gak nyampe semenit aku udah kembali sendirian. Baginya, ada banyak urusan yang lebih penting.

Jadi pengen ketawa. Mungkin aku udah cape kebanyakan nangis. Kalo cuma untuk 1 menit dan itupun akhirnya misahin aku ama dunianya, mungkin lebih baik aku lewatin semua ini sendirian. Seenggaknya aku gak harus berharap lebih.

Sebetulnya ada yang nyenengin. Bikin penasaran, sejujurnya. Mungkin gak etis ditulis disini. Biarin hati dan sudut mata aku aja yang menikmati keindahannya ^_^

Betapa nikmatnya dicumbu asmara
Bagai embun pagi yang merengkuh kehidupan
Cinta akan kuberikan bagi hatimu yang damai
Cintaku, gelora asmara seindah lembayung senja
(Cinta, Chrisye)

Belakangan ini hidupku seperti out of control. Aku gak bisa fokus menentukan apa sebetulnya prioritas yang mau aku jalanin dalem hidup ini. Kadang tentang A, di lain waktu tentang B, malem ini tentang Z..

Yang berkecamuk di dalem pikiran juga gak tanggung-tanggung, uhh I feel like almost kill myself!

Ini segelintir pemikiran, sok mikir tepatnya, mungkin sebaiknya dibunuh sejak lama.
1. Kenapa aku selalu ngebanding-bandingin diri sendiri ama orang laen?
2. Kenapa perasaan aku selalu berubah-ubah? Maksut aku, aku tuh 21!
3. Kenapa aku udah kepengen berkeluarga?
4. Kenapa aku makin lama makin introvert; makin terperosok dalem ke jurang kesendirian?
5. Kenapa kadang aku pengen ngeliat kecelakaan dan kematian dan ruang rawat inap di rumah sakit?
6. Kenapa aku gak sakit pas jadi panitia kemaren? Padahal kondisi badan aku kacau; makan gak teratur, gak minum suplemen, tidur gak nyampe 4 jam, dan disibukin sama urusan ini-itu?
7. Kenapa aku tanya kenapa?

Kalo aja aku bisa bawa-bawa senjata; baju seksi mungkin, yah.. hidup mungkin bisa lebih bikin aku less mikirin yang aneh-aneh.

Kadang aku nanya: (mulai lagi!) apa aku bener-bener punya such guardian? Yang prevent aku dari melihat kengerian-kengerian hidup dan selalu menempatkan aku di spot-spot aman dimana aku gak perlu usaha untuk jadi beda?

Selalu rasa nyaman dan bahagia yang aku dapet. Orang selalu nyuruh, “hei, yang prihatin dong!” tapi aku gak pernah bisa prihatin karena lingkungan aku gak ngijinin untuk itu.

Atau jangan-jangan aku punya kepribadian ganda?

Kembaran di negara atau kehidupan lain?

Masa depan yang mengejutkan; dimana aku bukanlah aku?

Sepertinya semua keanehan yang aku rasa ini bakal dikasih jawabannya suatu hari nanti, mungkin pas aku udah dewasa dan siap.

Kadang aku gak tau kenapa aku nulis sampah kayak gini.

Later.

The Terminal

Uh. I love Tom Hanks and Steven Spielberg much. Gak ada alesan laen selaen kejeniusan mereka membuat dan membawakan sebuah film menjadi suatu rangkaian cerita yang unik tapi kontemplatif.

The Terminal adalah cerita lucu tentang seorang pria berkebangsaan Krakozhia (gak lah, ini negara boong-boongan) yang gak bisa masuk ke US gara-gara negaranya dikudeta ama US dan itu menjadikan dia seseorang yang gak berkewarganegaraan, jadi paspornya ditolak, dan oleh sebab itu dia disuruh nunggu (entah nunggu apa) di ruang tunggu internasional bandara JFK.

Film ini nyeritain tingkah Viktor sehari-hari selama di terminal itu, dari mulai nyari kerja demi bisa beli makan (kupon makannya jatoh dan kebuang), naksir seorang pramugari yang cantik, dan usaha-usaha manajer bandara untuk ngusir Viktor secara halus dengan tujuan nantinya polisi-lah yang berkepentingan ama Viktor, bukan urusan dia.

Ini film yang bagus. Apa ya pesan moralnya? Mungkin, jadilah orang yang baek dan jujur. Dan harus tetep semangat demi meraih cita-cita. Jangan biarkan hal-hal laen lewat (cuma lewat lho) dan meruntuhkan impian yang jauh-jauh diusahain.

Aduh, kok jadi mirip cerita hidupku ya?

Banyak kutipan-kutipan inspiratifnya pula. Jadi pengen nangis darah.

Beginilah kalo nonton film yang asal pinjem di rental.

On This Single Day

Hari ini gw jalan-jalan sendirian, dengan pakean seperti nenek-nenek umur 25an (kangen high-heel gw!) dan mengemudi seperti supir taksi Blue Bird beneran. I mean, I lived my life well much.

Oke, jadi kemana aja gw?

Pertama gw beli pulsa XL gw yang udah lama gak menikmati nikmatnya sms gratis.

Terus gw ke sebuah pusat perbelanjaan ternama yang gak terlalu besar (supaya gak jadi napsu mengelilingi tiap toko dan supaya gak ketemu temen-temen) untuk sekedar window-shopping.

Gak taunya gw malah beli sebuah album jazz keren dan novel unik tentang pernikahan.

Payah gw!! (tapi seneng juga ada barang baru)

Gw sangat menikmati perjalanan seorang-diri ini. Gw tadi nyasar-nyasar, bolak-balik lampu merah jalan Raya Darmo sebanyak 3 kali saking gak ngerti jalannya, gak dapet parkir normal jadi harus parkir paralel (which is difficult!), dan.. yah, berakting seolah gw adalah wanita dewasa yang normal (padahal di mata orang gw masi smp-sma).

Mungkin kalian nanya: apa gak kesepian? Ah-hah.. Gw justru suka merasa kesepian. Asal gak sering-sering. Kesepian seperti tadi adalah kesepian yang paling mendewasakan gw, yang sangat gw nikmatin. Karena gw menjadi orang bebas. Gak ada yang nuntut. Gak ada yang ingetin waktu. Gw sekarang ada di rumah, selamet, karena gw sendiri yang mutusin.

Senengnya…

Entah kapan hari seperti ini akan terulang. Bukan berarti gw gak butuh temen jalan. Kadang, pas pikiran kita lagi kacau, menikmati waktu tanpa siapa-siapa di samping kita adalah terapi yang sehat.

Itu sugesti gw!

So I’m alive, walau tanpa temen, seenggaknya untuk hari ini :p