Archive for September, 2009

Without Friends, What Will We be?

Old Friends
Udah dua hari belakangan aku mimpi hal yang mirip: ketemu temen-temen SMP dan SMAku. Ceritanya aku berada dalam semacam reuni, dimana aku ketemu lagi dengan wajah-wajah yang dulu mengisi hari-hari umur 12-17ku, which are now kind of different, more mature faces. Aku bahkan nangis ketemu salah satu sahabatku pas SMA, yang sekarang di Manado (mending nggak usah nyebut nama untuk menghindari kegeeran, haha), and to my dreamy surprises, salah satu sahabatku yang lain ternyata sekarang mengalami kebutaan, and I’m kind of always being next to her just in case she needs anything, after all those idle togetherness.

It’s fun to meet old friends where we used to timelessly chit-chatting about boys or movies, where there’s no need to think about marriages, family responsibilities, money or what. Yang kita bahas kalo nggak gosip ya pelajaran. Well, untuk pelajaran aku bersyukur sudah melewatinya (bahkan melupakannya).

Come to think of it, why on earth would I dream about my old friends, not to mention the crying section? Do I miss them so much or do I just lose something I used to have at high school?

Hari-hariku kadang terasa begitu sepi, memang. Duniaku hanya berputar di tempat kerja, di jalan antara tempat kerja dan rumah, dan rumah. Hanya di rute yang itu-itu saja. Duduk menatap monitor selama sembilan jam, duduk di mobil atau kendaraan umum sambil memandang sekitar dengan kosong (atau memandang kegelapan alias tidur), dan waktu di rumah kuhabiskan dengan bercanda sama adek-adekku atau chatting dengan orang yang itu-itu saja. Aku mendengarkan lagu yang itu-itu saja. Aku membaca buku-buku lama yang sudah pernah kubaca. Aku nonton TV kurang dari satu jam perhari. Aku lupa kapan terakhir kali aku membaca koran (aku nggak sempet membacanya di pagi hari dan pada malem hari aku sudah capek). Aku juga lupa berapa kali aku nonton film di bioskop tahun ini; kurasa sekitar dua atau tiga film. Menghabiskan waktu dengan temen-temen? Haha, now I laugh: I think I don’t have any close friends anymore. Even if I have, they are so far away I cannot reach. Or can I? Do I just need more efforts to get in touch with them like we used to be, just little more time, to try again, to stop becoming a ‘we-will-see’ person?

Atau aku bisa membuat teman-teman baru. Bukan dari boneka atau temen khayalan, maksudku aku betul-betul bergaul dengan manusia. Mungkin aku bisa mengikuti semacam kursus atau les, atau bergabung di semacam klub, atau aku cukup datang ke suatu tempat sesering mungkin; lama kelamaan orang-orang disitu akan mengenalku, bukan? Dan aku akan menebarkan senyum paling manis yang aku mampu, bicara sepatah dua patah kata, bertukar nomor telepon, lalu kita akan membuat janji ketemu, jalan-jalan, makan di tempat-tempat yang belum pernah kukunjungi, kemudian…

I don’t think I’m alone. It’s only my mind trick. Bukankah aku punya banyak temen di Facebook, Twitter, Yahoo! Messenger, buku telepon ponselku, dan bahkan Kaskus? Dan orang-orang kantor?

“True friends are like diamonds, precious and rare. False friends are like leaves, found everywhere.”

Kalo quote ini disama-samain sama situasiku, entah kenapa rasanya ada yang satir. :malu:

Well, nuff said, fellas, thank you for reading. You’re simply my friends once you spend your time reading my online writings (or garbage?). Thank you again.

September 12, 2009 at 9:03 am 14 comments


Thank you for visiting my blog! I hope you enjoy your time here. Please forgive me for any bad words or pictures I might undeliberately put in here. Please leave some comments and thank you for coming back again.

Other Information

Click to view my Personality Profile page