Khawatir

February 29, 2012 at 2:32 pm 4 comments

Kenapa manusia cenderung khawatir akan hal-hal yang belum tentu terjadi?

Contoh:
1. Aduh kerjaan besok gimana ya, bisa selesai nggak ya?
2. Aduh umur udah segini, kok belom kawin-kawin juga ya?
3. Aduh temen-temen seangkatan udah pada punya anak, kok aku masih gini-gini aja ya?
4. Aduh mobil penyok nyerempet trotoar, kalo ke bengkel bisa abis berapa ya?
5. Aduh gebetan mau dateng ke rumah, pake baju apa ya yang gak mengesankan “berharap” tapi tetep manis?

Dan keluhan lain untuk ribuan, ratusan, jutaan jenis masalah yang manusia biasa hadapi, baik besar maupun kecil, dan itu subjektif.

Kenapa, sih, manusia mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi? Memang ada kemungkinan akan terjadi, tapi ada juga kemungkinan tidak terjadi, kan? Kenapa manusia harus fokus terhadap yang negatifnya? Kenapa tidak yakini saja yang baik-baiknya? Sudah sifat dasar manusia, kali ya? Adanya ketakutan jika terus berharap yang baik-baik nantinya kalau tidak terjadi maka jadinya akan kecewa?

Lantas kenapa harus takut hal-hal baik tidak akan terjadi? Biasanya, menurut pengamatan super-awam, faktor-faktor yang mendasari ketakutan itu adalah:
1. Pesimisme
2. Rendah diri
3. Inferior
4. Pengecut
5. Pengalaman buruk orang lain (aneh, pengalaman buruk orang kok dicontoh?)

Semua orang, seoptimis dan sebahagia apapun, pasti punya minimal satu dari faktor di atas. Hanya saja, terdapat perbedaan dalam menyikapinya. Ada yang dijadikan motivasi. Ada juga yang disugestikan tidak ada.

Dari semua kekhawatiran, ingatlah prinsip dasar: untuk apa, sih, kita khawatir? Bukankah khawatir hanya memperburuk hari yang saat ini sedang kita jalani, yang justru sesungguhnya kemungkinan besar menjadi salah satu hari penyokong keberhasilan kita di masa mendatang? Dan bukankah khawatir berarti tidak percaya Tuhan? Manusia macam apa yang berprasangka buruk kepada penciptanya?

Firman Allah dalam surat Al-Waqi’ah ayat 61: “Dan kami jadikan kamu dalam keadaan tidak mengetahui.”

Firman Allah menurut riwayat Nabi: “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Karena itu, berbaiksangka-lah kepada-Ku.”

Firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 53: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas kepada diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.”

Kata Leo Tolstoy: “Tuhan maha tahu, tapi Dia menunggu.”

Kata Saib-e-Tabrizi (favoritku!): “Manusia tidak dapat menghitung bulan-bulan yang berpendar di balik atap atau seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dinding.”

Maka, bagi yang sedang sedih, bagi yang sedang takut, bagi yang tak percaya bahwa hari esok akan berpihak padamu… Tenanglah. Ingatlah bahwa tak sedetikpun dari apa yang kamu jalani saat ini luput dari tatapanNya. Dari perhatianNya. Dan, utamanya, dari rencanaNya. Jangan patah semangat lalu bersedih hati. Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok… jangankan besok, lima menit dari sekarang saja apapun bisa terjadi. Iya, kan?

Jika apa yang kamu inginkan belum kamu dapatkan, kemungkinannya hanya ada dua:
1. Kamu belum siap menerimanya saat ini;
2. Kamu akan diberi yang jauh lebih baik dari yang kamu inginkan.

Satu hal: jangan pernah bandingkan dirimu dengan orang lain. Orang menikah di umur 20, bukan berarti kamu juga harus menyamai mereka. Orang meninggal di umur 60, bukan berarti kamu akan meninggal di umur segitu juga. Tak seorangpun tahu mengenai apapun. Maka, seorang bijak pernah berfatwa: orang yang paling bijak adalah orang yang paling tidak tahu…

Bersemangatlah! Berprasangka baiklah! Kita semua harus bahagia. 🙂

Entry filed under: Life Lessons, Relax, Take It Easy.

Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu – Sebuah (Sok) Analisis Tentang Bahasa Ayah dan Nintendo

4 Comments Add your own

  • 1. dieka  |  February 29, 2012 at 2:49 pm

    numpang baca kakak…

    rang yang paling bijak adalah orang yang paling tidak tahu… << wahh.. berati saja bijak ya? sayakan gtw apa2… 😀

    Reply
    • 2. Fansi  |  February 29, 2012 at 3:20 pm

      Kata Plato (kalo gak salah) sih gitu dek ;p

      Reply
  • 3. d0th  |  February 29, 2012 at 3:09 pm

    “jangan pernah bandingkan dirimu dengan orang lain” -> mantep nih ngena banget. Jadi inget iklan rokok. “Rumput gue lebih asik dari rumput tetengga”. ahahahai 😀

    Namanya manusia, kadang manusiawi juga kalau khawatir ttg sesuatu. Tapi emang kudu lebih bijak dalam menyikapi juga. Jgn membuat kekawatiran itu akhirnya memperburuk keadaan.

    Dan satu lagi yang ngena banget, “orang yang paling bijak adalah orang yang paling tidak tahu…”. Disini sebenarnya banyak yang ngga sadar bahwa salah satu anugrah yang di berikan olehNya adalah “Ketidaktahuan”. Karena hidup adalah tentang ketidaktahuan. Siapa yang tahu seperti apa hidup kita esok?

    Jadi mari singsingkan lengan baju anak muda. Singgirkan segala rasa pesimis dalam hidup. Dan mengarungi hidup penuh optimisme. Gerus rasa khawatir dan selalu berprasangka baik.

    NB: Kok lama ngga pernah nulis lagi? Bagus nih tulisannya. Ditunggu tulisan bagus berikutnya.

    Reply
    • 4. Fansi  |  February 29, 2012 at 3:28 pm

      Indeed: ignorance is a bliss! Pernah denger, kan, semakin manusia banyak tau, semakin banyak pertimbangannya dan akhirnya biasanya cuma bisa komplain dan gak ngapa-ngapain karena takut dan khawatir terjadi hal2 buruk. Gitu deh.

      Tapi, kontradiktif dengan tulisan ini… tau, nggak? Sebetulnya, kebutuhan dasar manusia itu ternyata salah satunya adalah “kepastian”…

      Memang gak ada yang pasti, tapi setidaknya kadang hal itu bisa dikondisikan. Contohnya pekerjaan, pernikahan.. iya kan?

      Pokoknya harus tetep optimis dan tempuh segala cara! *mengepalkan tangan*

      NB (jawaban): kali ini mood dan sikonnya dapet, hehe.

      Reply

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Thank you for visiting my blog! I hope you enjoy your time here. Please forgive me for any bad words or pictures I might undeliberately put in here. Please leave some comments and thank you for coming back again.

Other Information

Click to view my Personality Profile page